Kamis, 19 April 2012

PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN & PERKEBUNAN DENGAN TEKNOLOGI ORGANIK NASA

 Agar dapat tumbuh sehat dan optimal, selain membutuhkan udara, air, dan sinar matahari yang cukup, tanaman juga membutuhkan pupuk atau unsur hara essensial yang terdiri dari 6 unsur hara makro dan 7 unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, yaitu Nitrogen (Urea), Phosphor (TSP), Kalium (KCl), Kalsium (Dolomit), Sulfur (ZA) dan Magnesium (Kieserite). Sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit tetapi harus ada, yaitu Besi (Fe), Natrium (Na), Boron (B), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Klor (Cl) dan Zink (Zn). Unsur hara mikro ini terdapat pada pupuk organik, pupuk organik yang dikenal petani saat ini adalah pupuk kandang atau kompos.
 Sebelum tahun 1969, petani hanya mengenal pupuk kandang dan kompos, sehingga lahan pertanian di Indonesia kaya akan unsur hara mikro tetapi miskin unsur hara makro. Produksi rata – rata padi pada waktu itu ±5 ton per hektar. Mulai tahun 1969, melalui Inmas dan Bimas dengan Panca Usaha Tani, petani dikenalkan dengan pupuk kimia NPK (Urea, TSP, dan KCl). Pada waktu pertama kali dikenalkan, petani yang terbiasa menggunakan pupuk kandang dan kompos banyak sekali yang menolak menggunakan pupuk kimia tersebut karena belum ada yang mencoba dan membuktikannya. Tetapi begitu ada yang mencoba dan membuktikan hasilnya yang luar biasa, panen padi per hektar rata – rata 9 – 10 ton, petani mulai beralih menggunakan pupuk kimia.
Sejak saat itu, petani mulai menggunakan pupuk kimia dan meninggalkan penggunaan pupuk kandang dan kompos yang dianggap kalah kualitas dengan pupuk kimia. Ketika panen berikutnya selalu turun ±0,5 kwintal per hektar akibat semakin berkurangnya kandungan unsur hara mikro di lahan pertanian, mereka menganggapnya sebagai hal yang biasa. Setelah ±40 tahun sejak tahun 1969 sampai sekarang dengan masa tanam 3 kali, terjadi penurunan hasil panen 5 – 6 ton per hektar, sehingga panen padi rata – rata sekarang 4 – 5 ton per hektar.
Penggunaan pupuk kimia tanpa diimbangi dengan pupuk organik selain menyebabkan lahan pertanian di Indonesia miskin unsur hara mikro, juga menyebabkan lahan pertanian di Indonesia menjadi keras akibat menumpuknya sisa atau residu dari pupuk kimia tersebut. Sebagai contoh, pupuk Urea mengandung Nitrogen 46%, artinya dari 100 kg pupuk Urea yang diserap oleh tanaman maksimal hanya 46 kg, sisanya 54 kg adalah pembawa atau filler. Pupuk SP-36 mengandung Phosphat 36 %, artinya dari 100 kg pupuk SP-36 yang diserap oleh tanaman maksimal hanya 36 kg, sisanya 64 kg adalah pembawa atau filler. Demikian juga dengan pupuk yang lain seperti pupuk KCl mengandung Kalium (K2O) 60%, Dolomit mengandung Kalsium (CaO) 30%, dan Kieserite mengandung Magnesium (MgO) 27%.
Misalkan pupuk Urea yang diberikan ke lahan 100 kg, residu pupuk Urea setiap kali pemupukan sebanyak ±54 kg. Dengan pemupukan Urea 3 kali masa tanam dalam setahun, berarti residu pupuk Urea yang tertinggal di lahan selama setahun adalah ±162 kg, dan pemupukan Urea selama ±40 tahun sejak tahun 1969 sampai sekarang, berarti residu pupuk Urea yang ada di lahan pertanian sekarang sebanyak ±6,5 ton. Belum residu pupuk kimia lainnya seperti SP-36, KCl, Dolomit, dan Kieserite.
Banyaknya residu pupuk kimia tersebut mengakibatkan lahan pertanian di Indonesia semakin keras. Kalau dulu sebelum tahun 1969 kedalaman sawah bisa sampai selutut, sekarang kedalaman sawah mungkin hanya sebatas mata kaki. Kondisi lahan pertanian yang keras akibat banyaknya residu pupuk kimia tersebut menyebabkan pertumbuhan akar terganggu, sehingga hasil panen semakin menurun. Selain itu sifat tanah yang tidak lagi organik membuat perkembangan mikroorganisme penyubur tanah ikut terganggu.
 Untuk mengatasi kurangnya unsur hara mikro di lahan pertanian, mulai tahun 2010 pemerintah dengan program go organik, menganjurkan untuk mengembalikan kesuburan tanah melalui dinas pertanian seperti kesuburan tanah sebelum tahun 1969. Anjuran pemerintah adalah dengan memberikan tambahan pupuk kandang 20 – 40 ton per hektar selain pupuk kimia untuk mencukupi dan menyeimbangkan kebutuhan unsur hara mikro di lahan pertanian.
Yang menjadi permasalahan adalah ketersediaan pupuk kandang untuk mengembalikan unsur hara mikro sebanyak 20 – 40 ton per hektar tidak bisa terpenuhi. Selain itu, biaya ekonomi untuk penyediaan pupuk kandang dan pengangkutan ke lahan relatif tinggi. Pupuk kandang juga tidak bisa digunakan langsung, kandungan unsurnya bervariasi tergantung makanan yang diberikan kepada ternak, dan juga sering memunculkan bibit penyakit dan gulma.
Berawal dari keprihatinan akan kurangnya unsur hara mikro di lahan pertanian Indonesia yang berakibat menurunnya produktivitas pertanian, dan keprihatinan akan kurangnya ketersediaan pupuk kandang, ilmuwan NASA Ir. Sumarno dalam penelitiannya selama 15 tahun menemukan formula pupuk organik cair multiguna NASA dan Hormon / Zat Pengatur Tumbuh Organik HORMONIK.
Kandungan 1 liter POC NASA setara dengan kandungan unsur hara mikro 1 ton pupuk kandang. POC NASA juga mengandung asam humat dan fulvat yang dapat menguraikan residu pupuk kimia yang tertinggal di lahan, melarutkan SP-36 dengan cepat, dan memperbaiki konsistensi ( kegemburan ) tanah yang keras. POC NASA juga dapat memacu pembentukan senyawa polyfenol, sehingga daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit akan meningkat. Selain itu, aroma khas POC NASA akan mengurangi serangan hama.
Hormon / Zat Pengatur Tumbuh Organik HORMONIK mengandung hormon auksin, giberelin, dan sitokinin yang berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akar, tunas, dan daun, memacu pembungaan dan pembuahan, mencegah kerontokan bunga dan buah, memperbesar buah dan umbi, menjadikan biji lebih bernas, dan memperpanjang usia produktif tanaman.
Dari hasil penelitian selanjutnya dikembangkan pupuk organik padat SUPERNASA sebagai pupuk dasar yang mengandung unsur hara mikro, sedikit unsur hara makro, asam humat dan fulvat yang berfungsi untuk memperbaiki kerusakan lahan dan membantu perkembangan mikroorganisme tanah yang bermanfaat seperti cacing, mikroba alami lainnya yang membantu meningkatkan kesuburan tanah. Kandungan unsur hara mikro 1 kg SUPERNASA setara dengan kandungan unsur hara mikro 3 ton pupuk kandang.
Selain itu juga dikembangkan Pupuk khusus tanaman buah POWER NUTRITION, Pupuk Organik Serbuk GREENSTAR, dan Pupuk Organik GRANULE MODERN SUPER G. POWER NUTRITION berfungsi untuk meningkatkan produktivitas buah, memperbanyak buah, dan membantu pembuahan diluar musim. Selain itu POWER NUTRITION juga dapat mengurangi kerontokan bunga / buah, meningkatkan kualitas ( rasa, aroma, dan warna ) buah, dan meningkatkan keawetan buah dari kerusakan setelah panen. GREENSTAR adalah pupuk organik serbuk yang sederhana, kecil, ringan, dan praktis. Pupuk Organik GRANULE MODERN SUPER G adalah pupuk organik dengan kandungan unsur hara mikro lengkap yang praktis dan ekonomis, dengan dosis cukup 50 kg per hektar.
Dengan aplikasi POC NASA, HORMONIK atau GREENSTAR dan aplikasi SUPERNASA atau GRANULE MODERN SUPERNASA G, dosis pupuk NPK dapat dikurangi 25% – 50% dari dosis yang dianjurkan, karena selain kemampuan menguraikan residu pupuk kimia di lahan, POC NASA, HORMONIK, GREENSTAR, SUPERNASA, dan GRANULE MODERN SUPERNASA G juga mengandung sedikit unsur hara makro. Untuk POWER NUTRITION, karena kandungan unsur hara makronya lebih banyak, maka dosis pupuk NPK dapat dikurangi 75% – 90%.
Pupuk Organik NASA tersebut sudah diaplikasikan di berbagai jenis lahan, termasuk di lahan ekstrem, tepat di pinggir laut yaitu di laboratorium alam lahan pasir pantai Pandansimo Bantul Yogyakarta. Dengan beragam komoditas pertanian, dan tanpa tambahan tanah dan pupuk kandang / kompos sama sekali, tanaman dapat tumbuh dengan subur. Demikian juga di lahan pertanian lainnya, produksi pertanian dapat meningkat sampai lebih dari 300%. Padi misalnya, rata – rata lahan pertanian padi mampu menghasilkan panen padi sampai dengan 15 ton per hektar. 
Dalam hal ketersediaan bahan baku pupuk organik produk NASA, POC NASA, HORMONIK, GREENSTAR, SUPERNASA, dan GRANULE MODERN SUPERNASA G, dari ±30% bahan baku yang tersedia, dapat dipakai untuk mencukupi kebutuhan pupuk organik untuk seluruh lahan pertanian di Indonesia sampai dengan ±16.000 tahun yang akan datang. Dengan ketersediaan bahan baku tersebut, kebutuhan unsur hara mikro lahan pertanian di Indonesia dapat terpenuhi, dan kesuburan tanah dapat melebihi kesuburan tanah di Indonesia sebelum tahun 1969. Produktivitas pertanian dan perkebunan tersebut adalah solusi untuk kebutuhan pangan yang semakin meningkat, dikarenakan pertumbuhan penduduk yang meningkat dan jumlah lahan pertanian yang semakin sempit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar